BUNTU KABOBONG
Gunung Buttu atau Buntu Kabobong atau yang sering di dengar dengan sebutan Gunung Nona adalah gunung yang terletak di Kabupaten Enrekang, Desa Bambapuang, Kecamatan Anggaeraja. Gunung tersebut ini berjarak tempuh 16 Km dari kota Enrekang atau berada 240 Km dari kota Makassar.
Ada cerita dibalik keindahan gunung ini, berawal dari percintaan terlarang yang bertentangan dengan adat istiadat di wilayah Massenrenpulu tepatnya di kaki gunung Latimojong, Kampong sinaji (batu bolong). Cinta antara Bunga Mandoe dengan Janggu Rara tak akan terpisahkan. Singkat cerita keluarga Janggu Rara ingin meminang Bunga Mandoe.
Pada suatu sore acara lamaran terlaksana, rapat keluarga kedua mempelai berembuk mencari kesepakatan, namun pihak perempuan menolak lamaran pihak laki-laki dengan alasan etika sang laki-laki menjalin hubungan cinta tanpa sepengetahuan keluarga (Dulu jika ingin meminang seorang gadis, terlebih dahulu harus mengenal keluarganya terlebih dahulu) "Rapa' riki jolo lako to matuanna mane' lako anak bainena" sehingga keputusan kedua belah pihak memutuskan untuk memisahkan anak mereka.
Namun kekuatan cinta mereka takkan terpisahakan meski maut di depan mata. Mereka tetap berhubungan meski secara diam-diam dan tidak menghiraukan apa yang menjadi keputusan orang tua. Akhirnya hubungan mereka tercium, pemangku adat setempat memanggil dua orang yang saling mencinta ini, akan tetapi mereka tidak memenuhi panggilan tersebut sebanyak tiga kali, sehingga Bunga Mandoe dan Janggu Rara di usir dari kampung halamannya.
Sepasang kekasih inipun pergi meninggalkan kampong Sinaji menelusuri Sungai Mata Allo hingga merekapun sampai di Mandatte tepatnya di kaki gunung Bambapuang dan beristirahat sambil memandang kearah selatan sambil berkata "Wahai Bunga Mandoe, jauh disana dikaki gunung Latimojong disitulah kampung kita, tetapi apa hendak dikata kita telah melanggar adat istiadat dan akhirnya kita begini"
Mendengar semua itu, Bunga Mandoe sedih , sangat sedih kemudian menunduk sambil melihat kearah kemaluannya sambil berucap "Karena kemaluan ini sehingga membuat kita jadi begini". Lalu Bunga Mandoe melepaskan kemaluannya kemudian melemparkannya ke seberang sungai Mata Allo seketika Janggu Rara melihat kemudian Janggu Rara pun melepaskan kemaluannya lalu melemparkannya, entah karena apa kemaluannya tak sempat menyebrangi sungai Mata Allo seperti Bunga Mandoe. Tetapi sejajar diantara keduanya namun dipisahkan oleh sungai Mata Allo.
Akibat perbuatannya melanggar adat istiadat, kedua barang tersebut menjadi bukit tanah sebagai bukti isyarat dan peringatan sepanjang masa tentang cinta terlarang dan dikenal dengan nama "Buntu Kabobong dan Buntu Lasa'.
Buntu Kabobong sangat terkenal dikarenakan terlihat jelas saat melintasi jalan menuju Kabupaten Toraja dari Kota Enrekang tepatnya di kampung Kotu, Mandante dan Lura.
Salam penikmat alam Indonesia
Gunung Buttu atau Buntu Kabobong atau yang sering di dengar dengan sebutan Gunung Nona adalah gunung yang terletak di Kabupaten Enrekang, Desa Bambapuang, Kecamatan Anggaeraja. Gunung tersebut ini berjarak tempuh 16 Km dari kota Enrekang atau berada 240 Km dari kota Makassar.
Ada cerita dibalik keindahan gunung ini, berawal dari percintaan terlarang yang bertentangan dengan adat istiadat di wilayah Massenrenpulu tepatnya di kaki gunung Latimojong, Kampong sinaji (batu bolong). Cinta antara Bunga Mandoe dengan Janggu Rara tak akan terpisahkan. Singkat cerita keluarga Janggu Rara ingin meminang Bunga Mandoe.
Pada suatu sore acara lamaran terlaksana, rapat keluarga kedua mempelai berembuk mencari kesepakatan, namun pihak perempuan menolak lamaran pihak laki-laki dengan alasan etika sang laki-laki menjalin hubungan cinta tanpa sepengetahuan keluarga (Dulu jika ingin meminang seorang gadis, terlebih dahulu harus mengenal keluarganya terlebih dahulu) "Rapa' riki jolo lako to matuanna mane' lako anak bainena" sehingga keputusan kedua belah pihak memutuskan untuk memisahkan anak mereka.
Namun kekuatan cinta mereka takkan terpisahakan meski maut di depan mata. Mereka tetap berhubungan meski secara diam-diam dan tidak menghiraukan apa yang menjadi keputusan orang tua. Akhirnya hubungan mereka tercium, pemangku adat setempat memanggil dua orang yang saling mencinta ini, akan tetapi mereka tidak memenuhi panggilan tersebut sebanyak tiga kali, sehingga Bunga Mandoe dan Janggu Rara di usir dari kampung halamannya.
Sepasang kekasih inipun pergi meninggalkan kampong Sinaji menelusuri Sungai Mata Allo hingga merekapun sampai di Mandatte tepatnya di kaki gunung Bambapuang dan beristirahat sambil memandang kearah selatan sambil berkata "Wahai Bunga Mandoe, jauh disana dikaki gunung Latimojong disitulah kampung kita, tetapi apa hendak dikata kita telah melanggar adat istiadat dan akhirnya kita begini"
Mendengar semua itu, Bunga Mandoe sedih , sangat sedih kemudian menunduk sambil melihat kearah kemaluannya sambil berucap "Karena kemaluan ini sehingga membuat kita jadi begini". Lalu Bunga Mandoe melepaskan kemaluannya kemudian melemparkannya ke seberang sungai Mata Allo seketika Janggu Rara melihat kemudian Janggu Rara pun melepaskan kemaluannya lalu melemparkannya, entah karena apa kemaluannya tak sempat menyebrangi sungai Mata Allo seperti Bunga Mandoe. Tetapi sejajar diantara keduanya namun dipisahkan oleh sungai Mata Allo.
Buntu Kabobong sangat terkenal dikarenakan terlihat jelas saat melintasi jalan menuju Kabupaten Toraja dari Kota Enrekang tepatnya di kampung Kotu, Mandante dan Lura.
Salam penikmat alam Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar