Minggu, 16 Juni 2019

TANA TORAJA - SULAWESI SELATAN

TANA TORAJA



Tepatnya 16 tahun yang lalu kaki ku terkhir menginjakkan kaki ke tanah tongkonan, Tana Toraja. Destinasi wisata yang berada di Sulewesi Selatan, Kabupaten Tana Toraja yang kini terbagi menjadi 2 kabupaten yaitu Makale dan Rantepao. Sangat begitu terkenal tempat ini hingga ke mancanegara sehingga banyak di dapati turis-turis mancanegara yang datang berkunjung ke Tana Toraja untuk menikmati alam serta mengenal dan mempelajari adat istiadat suku Toraja

Kata Toraja yang berarti To Riaja "Orang yang berdiam di negri atas" yang sangat terkenal akan  ritual pemakaman dan rumah adat Tongkonan serta ukiran kayunya. Dahulu masyarakat di sekitar mengandalkan mata pencaharian dengan bercocok tanam, sehingga di Tana Toraja ini banyak di dapati hamparan sawah yang begitu luas dan tersusun rapi sehingga menjadi pemandangan yang terlihat indah.

 Tana Toraja berjarak tmpuh 307 Km dari kota Makassar yang dapat ditempuh selama 8 jam dengan menggunakan kendaraan. Hampir setiap hari mobil bus angkutan antar kabupaten terlihat mondar mandir di terminal regional Daya - Makassar.


Ada begitu banyak tempat wisata di Tana Toraja, sehingga jika anda melakukan perjalanan wisata ke tempat ini, kalian harus meluangkan waktu selama 7 hari agar dapat mengeksplore destinasi wisata yang disiapkan oleh kabupaten Tana Toraja. Mari kita mulai dengan Kete' Kesu, Kete' Kesu merupakan peninggalan purbakala yaitu kuburan batu yang diperkirakan berusia 500 thn. ditempat ini didapati juga jejeran rumah adat Tongkonan yang terlihat sebagai gerbang masuk ke area pemakaman.


Tak jauh dari Kete' Kesu, terdapat destinasi wisata Negri Diatas Awan, To Tombi, atau dikenal dengan nama Lolai. tempat ini merupakan wisata alam, dari tempat ini anda dapat menikmati pemandangan awan yang terlihat seolah-olah anda berada di atas lautan awan (jika anda tidak beruntung, anda tidak akan menjumpai satupun awan ditempat ini :'( seperti di foto saya)

Di Lolai anda dapat menyewa tenda camp jika anda ingin bermalam, harga sewanya dipatok dengan harga Rp. 300.000,-/tendanya, ada juga disewakan villa namun harganya cukup fantastis sekitar 1-2jt rupiah/malamnya

Dimalam hari, anda dapat membuat kopi panas sambil menikmati kerlap kerlip lampu rumah dikota Rantepao jika kabut sedang tidak mood.


Ada juga destinasi wisata yang bernama Buntu Burake, letaknya juga tak jauh dari Kete' Kesu. Patung Yesus terbesar dan tertinggi seAsia ada disini (lupa fotonya). Pemandangan perbukitan dan gunung dapat anda nikmati disini.


Masih banyak lagi tempat-tempat wisata terdapat di Tana Toraja, hanya saja saya tak cukup waktu untuk berkunjung, seperti Londa, Pango-pango, air terjun Sarambu, Batu Lemo, Gn. Sesean dan masih banyak lagi yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Next diperjalan selanjutnya akan saya bahas lagi ya...

Salam penikmat alam Indonesia

Minggu, 09 Juni 2019

BUNTU KABOBONG, KAB. ENREKANG - SULAWESI SELATAN

BUNTU KABOBONG

Gunung Buttu atau Buntu Kabobong atau yang sering di dengar dengan sebutan Gunung Nona adalah gunung yang terletak di Kabupaten Enrekang, Desa Bambapuang, Kecamatan Anggaeraja. Gunung tersebut ini berjarak tempuh 16 Km dari kota Enrekang atau berada 240 Km dari kota Makassar.

Ada cerita dibalik keindahan gunung ini, berawal dari percintaan terlarang yang bertentangan dengan adat istiadat di wilayah Massenrenpulu tepatnya di kaki gunung Latimojong, Kampong sinaji (batu bolong). Cinta antara Bunga Mandoe dengan Janggu Rara tak akan terpisahkan. Singkat cerita keluarga Janggu Rara ingin meminang Bunga Mandoe.

Pada suatu sore acara lamaran terlaksana, rapat keluarga kedua mempelai berembuk mencari kesepakatan, namun pihak perempuan menolak lamaran pihak laki-laki dengan alasan etika sang laki-laki menjalin hubungan cinta tanpa sepengetahuan keluarga (Dulu jika ingin meminang seorang gadis, terlebih dahulu harus mengenal keluarganya terlebih dahulu) "Rapa' riki jolo lako to matuanna mane' lako anak bainena" sehingga keputusan kedua belah pihak memutuskan untuk memisahkan anak mereka.




Namun kekuatan cinta mereka takkan terpisahakan meski maut di depan mata. Mereka tetap berhubungan meski secara diam-diam dan tidak menghiraukan apa yang menjadi keputusan orang tua. Akhirnya hubungan mereka tercium, pemangku adat setempat memanggil dua orang yang saling mencinta ini, akan tetapi  mereka tidak memenuhi panggilan tersebut sebanyak tiga kali, sehingga Bunga Mandoe dan Janggu Rara di usir dari kampung halamannya.

Sepasang kekasih inipun pergi meninggalkan kampong Sinaji menelusuri Sungai Mata Allo hingga merekapun sampai di Mandatte tepatnya di kaki gunung Bambapuang dan beristirahat sambil memandang kearah selatan sambil berkata "Wahai Bunga Mandoe, jauh disana dikaki gunung Latimojong disitulah kampung kita, tetapi apa hendak dikata kita telah melanggar adat istiadat dan akhirnya kita begini"



Mendengar semua itu, Bunga Mandoe sedih , sangat sedih kemudian menunduk sambil melihat kearah kemaluannya sambil berucap "Karena kemaluan ini sehingga membuat kita jadi begini". Lalu Bunga Mandoe melepaskan kemaluannya kemudian melemparkannya ke seberang sungai Mata Allo seketika Janggu Rara melihat kemudian  Janggu Rara pun melepaskan kemaluannya lalu melemparkannya, entah karena apa kemaluannya tak sempat menyebrangi sungai Mata Allo seperti Bunga Mandoe. Tetapi sejajar diantara keduanya namun dipisahkan oleh sungai Mata Allo.


Akibat perbuatannya melanggar adat istiadat, kedua barang tersebut menjadi bukit tanah sebagai bukti isyarat dan peringatan sepanjang masa tentang cinta terlarang dan dikenal dengan nama "Buntu Kabobong dan Buntu Lasa'.


Buntu Kabobong sangat terkenal dikarenakan terlihat jelas saat melintasi jalan menuju Kabupaten Toraja dari Kota Enrekang tepatnya di kampung Kotu, Mandante dan Lura.

Salam penikmat alam Indonesia







AIR TERJUN BANTIMURUNG, KAB. MAROS - SULAWESI SELATAN


AIR TERJUN BANTIMURUNG

Letaknya tepat di kawasan Taman Nasional Bantimurung,  Kabupaten Maros - Sulawesi Selatan. Jarak tempuh dari Bandara Hasanuddin sekitar 20 Km dengan harga tiket masuk sebesar Rp. 25.000,-/orang. Disepanjang perjalan masuk kedalam lokasi air terjun terdapat banyak pedagang - pedagang yang menjual beberapa hasil kerajinan tangan dan juga terdapat banyak warung makan jika anda sedang merasa ingin bersantai menikmati alam di sekitar Bantimurung ini.


Bantimurung mempunyai arti, yang berarti "Gemuruh Suara Air" konon nama ini diberikan oleh seorang penguasa kerajaan Karaeng Simbang. Kerjaan Simbang yang berdiri pada awal tahun 1700.


Air terjun Bantimurung memiliki tinggi sekitar 15 meter dan lebar 20 meter dan tidak mempunyai palung. Curahan air terjun Bantimurung mengalir melalui permukaan batu kapur yang sudah mengeras serta dilapisi mineral dari aliran air selama ratusan tahun.



Di lokasi air terjun Bantimurung ini tidak hanya menyajikan permandian alam saja. terdapat begitu banyak lokasi yang menjadi saksi sejarah dan wisata yang lainnya, seperti Gua Batu yang terletak di bagian dalam lokasi Bantimurung. Jalan setapak yang dilalui, menelusuri hutan tropis hingga kemulut gua, lorong dalam gua sepanjang 1500 meter ini dihiasi oleh stalaktit dan stalakmit.


Sebelum memasuki gua, disisi kiri terdapat aliran sungai dan terlihat seperti danau, dimana aliran air inilah yang menuju ke air terjun utama


Masih banyak lagi yang belum sempat saya kunjungi, seperti Gua Mimpi, Jembatan Gantung, Penakaran Kupu-kupu dan lain, mungkin diperjalanan berikutnya akan saya lengkapi tulisan ini, sehingga dapat menjadi sumber informasi untuk para pecinta alam Indonesia.

Salam penikmat alam Indonesi

Senin, 29 April 2019

WISATA PANTAI BERKAH, DESA TAPANDULLU, MAMUJU - SULAWESI BARAT


WISATA PANTAI BERKAH


Libur lebaran tahun lalu saya dan bersama keluarga mudik ke kampung halaman Ibunda, tepatnya di kota Mamuju - Sulawesi Barat. Perjalanan yang cukup melelahkan karena ditempuh kurang lebih 10 jam yang berjarak 444 Km dari kota Makassar, dengan menggunakan mobil bus angkutan antar provinsi, dengan harga tiket Rp. 330.000,- (Sliperbus) kalian bisa bersantai menikmati perjalanan panjang.





Sehari setelah kami tiba, Ibunda mengajak kami bersilaturahmi ke rumah sanak family yang terletak disebuah desa pesisir pantai. Jarak yang ditempuh dari kota Mamuju sekitar 35 Km, Desa Tapandullu, masyarakat sekitar menyebutnya. Diujung perjalan terdapat sebuah obyek wisata pantai, Wisata Pantai Berkah, seketika mata tertuju kearah pantai ini, kami mampir sejenak menikmati suasana pantai yang sungguh menyejukkan mata, deburan ombak di pesisir pantai dan pemandangan pegunungan yang tersusun bak surga yang pernah hilang.



Harga tiket masuk Rp. 5.000,- sudah termasuk biaya parkir, murah banget kan... saat masuk mata langsung tertuju ke dermaga yang berwarna warni dimana para pengunjung sudah memadati dermaga ini untuk melompat ke laut. Pengelola wisata pantai menyedikan gazebo dan penginapan berupa rumah kecil yang dilengkapi dengan kamar mandi yang dipatok dengan harga terjangkau yaitu Rp. 50.000 / malamnya.






Tanpa kami sadari, waktu terus berdetak... pemandangan yang indah membuat kami lupa akan waktu. Teriknya matahari seketika berganti senja, mewarnai langit dan alam bagai lukisan. Saya mencoba menelusuri pesisir pantai untuk mencari spot terbak di pantai ini, berjalan kaki dan berlari sambil tertawa bersama adik-adik merupakan liburan yang sangat membahagiakan dan merupakan momen terindah bersama keluarga di pantai ini.




Hingga akhirnya tibalah kami di spot terbaik yang terletak di sebelah kiri pantai Berkah, hamparan karang yang berserakan ke laut membentuk seperti tanjung, diujungnya terdapat sebuah pohon yang berdiri tegak dan kokoh selalu setia diterjang ombak disetiap harinya. Sunset indah dan spot terbaik ini tak akan saya lewatkan. Karunia Tuhan yang tak ternilai dengan rupiah. Seketika dada berdebar takjub melihat alam ini, mensyukuri nikmat yang diberikan, mensyukuri karena saya dilahirkan di tanah ini, tanah Indonesia yang beitu indah.
 


Salam penikmat alam Indonesia